Liverpool yang Minus Catatan Kotor di Kandang Gladiator
Kamis, 03 Mei 2018
Add Comment
Duel Roma vs Liverpool akan dihelat di Stadion Olimpico, Kamis (3/5/2018) dini hari WIB. Sepak mula dilakukan pukul 01:45 WIB |
Real Madrid sudah menapaki babak final Liga Champions setelah menyingkirkan Bayern Muenchen, Rabu (2/5/2018) dini hari tadi. Sekarang, tinggal siapa di antara Liverpool dan AS Roma yang akan meladeni juara bertahan dua edisi beruntun tersebut.
Well, Liverpool memang unggul 5-2 di leg pertama yang praktis mengurangi beban Mohamed Salah dan kawan-kawan. Akan tetapi, dari faktor geografis, Roma jelas diuntungkan karena akan bermain di hadapan para pendukungnya. Lagipula Olimpico juga pernah jadi saksi bisu saat mereka melakukan comeback fantastis yang membuat Barcelona tersingkir di babak perempat final lalu.
Ngomong-ngomong soal Olimpico, belum pernah sekalipun Liverpool keok di sana dalam dua lawatannya di pentas Liga Europa (dulu Piala UEFA) dan Liga Champions.Sebelum menyaksikan pertandingan yang digelar pada Rabu (3/5) dini hari WIB nanti, ada baiknya membuka lembar album lawas tentang sepak terjang Liverpool di Olimpico.
Piala UEFA 2000/2001
Ajang yang menjadi cikal-bakal Liga Europa ini belum mengenal fase grup seperti sekarang. Bisa ditebak, Roma dan Liverpool lolos dengan mudah dari babak pertama. Klub yang disebut belakangan sebenarnya lolos dengan kemenangan yang kurang meyakinkan, karena cuma unggul agregat 1-0 atas Rapid Bucuresti. Sedangkan Roma tampil meyakinkan karena sukses menggilas wakil Slovenia, HIT Gorica, dengan agregat 11-1.
Eksistensi 'Serigala Ibukota' itu terus berlanjut kala menyingkirkan Boavista di babak selanjutnya, diiringi dengan keberhasilan Liverpool menundukkan Slovan Liberec. Hingga akhirnya, keduanya dipertemukan di babak ketiga. Rekam performa Liverpool saat itu sebenarnya tak bagus-bagus amat. Mereka telah menelan lima kekalahan di ajang Premier League dalam rentang tiga bulan ke belakang. Kondisinya berbanding terbalik dengan tuan rumah, mereka superior karena baru dua kali keok di pentas Serie A.
Akan tetapi, hasil di lapangan amatlah berbeda. Pressing yang dilakukan Liverpool sejak menit pertama berbuah gol cepat Michael Owen --yang kemudian meruntuhkan mental bertanding Roma. Apalagi, saat itu Fabio Capello mencadangkan mesin golnya, Gabriel Batistuta. Alhasil, makin berat saja upaya Roma untuk mencetak gol balasan.
Bukannya memperkecil ketertinggalan, gawang Francesco Antonioli justru kembali kebobolan lewat sontekan Owen usai memanfaatkan umpan silang Gary McAllister. The Reds pun unggul dengan skor akhir 2-0. Mereka juga yang kemudian berhak melaju ke babak perempat final karena Roma cuma menang 1-0 pada leg kedua yang dihelat di Anfield.
Liga Champions 2001/2002
Kali ini, Roma dan Liverpool naik level. Giallorossi yang berhasil meraih Scudetto mendapatkan tempat untuk mentas di Liga Champions, begitu juga dengan Liverpool yang finis di peringkat ketiga di musim sebelumnya. Meski harus melewati kualifikasi babak ketiga lebih dulu, tak menjadi masalah berarti bagi Sami Hyypia dan kolega. Toh, mereka sukses mencukur wakil Finlandia, Haka, dengan agregat 9-1.
Laju kencang Liverpool berlanjut di fase grup. Mengumpulkan 12 poin dari tiga kemenangan dan tiga kali seri, mereka menjadi pemuncak klasemen --mengungguli Boavista, Borussia Dortmund, dan Dynamo Kyiv. Sedangkan Roma yang tergabung bersama Real Madrid harus puas finis sebagai runner-up Grup A. Saat itu, format babak kedua Liga Champions tak langsung menuju fase gugur, akan tetapi kembali dikumpulkan dalam bentuk grup.
Nah, di sinilah Liverpool kembali bereuni dengan Roma. Menjadi lebih sulit karena mereka juga berkumpul bersama Barcelona dalam Grup B babak kedua. Liverpool sendiri dalam keadaan 'kuarang sehat' saat melawat ke Olimpico pada matchday kedua. Dua minggu sebelumnya, mereka dipermalukan 1-3 oleh Blaugrana. Di satu sisi, Roma berhasil membawa pulang satu angka usai menyambangi markas Galatasaray.
Capello yang tak mau mengulangi kegagalannya di Liga Europa musim sebelumnya, kali ini memasang Batistuta sejak menit pertama, dibantu Francesco Totti sebagai kreator serangan. Sedangkan Philip Brian Thompson yang menggantikan Gerard Houllier sejak pertengahan Oktober, masih bertumpu pada Owen sebagai juru gedor.
Roma cenderung dominan dalam membahayakan gawang lawan. Namun, peluang-peluang Batistuta dan Totti belum berbuah angka, termasuk tendangan jarak jauh Francisco Lima yang masih bisa diredam Jerzy Dudek. Sementara itu, satu-satunya peluang emas Liverpool tercipta dari Emile Heskey. Sayang, tembakan penyerang yang digaet dari Leicester City itu masih melenceng dari sasaran. Tak ada gol yang tercipta, Roma harus puas dengan hasil seri.
Bukannya apa-apa, nasib mereka bakal berbeda andai sukses menggamit poin penuh saat itu. Pasalnya, laju Roma akhirnya terhenti di babak kedua karena cuma nangkring di peringkat ketiga, kalah agregat gol dari Liverpool yang berhak lolos ke fase gugur, menemani Barcelona sebagai juara grup.
Well, Liverpool memang unggul 5-2 di leg pertama yang praktis mengurangi beban Mohamed Salah dan kawan-kawan. Akan tetapi, dari faktor geografis, Roma jelas diuntungkan karena akan bermain di hadapan para pendukungnya. Lagipula Olimpico juga pernah jadi saksi bisu saat mereka melakukan comeback fantastis yang membuat Barcelona tersingkir di babak perempat final lalu.
Ngomong-ngomong soal Olimpico, belum pernah sekalipun Liverpool keok di sana dalam dua lawatannya di pentas Liga Europa (dulu Piala UEFA) dan Liga Champions.Sebelum menyaksikan pertandingan yang digelar pada Rabu (3/5) dini hari WIB nanti, ada baiknya membuka lembar album lawas tentang sepak terjang Liverpool di Olimpico.
Piala UEFA 2000/2001
Ajang yang menjadi cikal-bakal Liga Europa ini belum mengenal fase grup seperti sekarang. Bisa ditebak, Roma dan Liverpool lolos dengan mudah dari babak pertama. Klub yang disebut belakangan sebenarnya lolos dengan kemenangan yang kurang meyakinkan, karena cuma unggul agregat 1-0 atas Rapid Bucuresti. Sedangkan Roma tampil meyakinkan karena sukses menggilas wakil Slovenia, HIT Gorica, dengan agregat 11-1.
Eksistensi 'Serigala Ibukota' itu terus berlanjut kala menyingkirkan Boavista di babak selanjutnya, diiringi dengan keberhasilan Liverpool menundukkan Slovan Liberec. Hingga akhirnya, keduanya dipertemukan di babak ketiga. Rekam performa Liverpool saat itu sebenarnya tak bagus-bagus amat. Mereka telah menelan lima kekalahan di ajang Premier League dalam rentang tiga bulan ke belakang. Kondisinya berbanding terbalik dengan tuan rumah, mereka superior karena baru dua kali keok di pentas Serie A.
Akan tetapi, hasil di lapangan amatlah berbeda. Pressing yang dilakukan Liverpool sejak menit pertama berbuah gol cepat Michael Owen --yang kemudian meruntuhkan mental bertanding Roma. Apalagi, saat itu Fabio Capello mencadangkan mesin golnya, Gabriel Batistuta. Alhasil, makin berat saja upaya Roma untuk mencetak gol balasan.
Bukannya memperkecil ketertinggalan, gawang Francesco Antonioli justru kembali kebobolan lewat sontekan Owen usai memanfaatkan umpan silang Gary McAllister. The Reds pun unggul dengan skor akhir 2-0. Mereka juga yang kemudian berhak melaju ke babak perempat final karena Roma cuma menang 1-0 pada leg kedua yang dihelat di Anfield.
Kali ini, Roma dan Liverpool naik level. Giallorossi yang berhasil meraih Scudetto mendapatkan tempat untuk mentas di Liga Champions, begitu juga dengan Liverpool yang finis di peringkat ketiga di musim sebelumnya. Meski harus melewati kualifikasi babak ketiga lebih dulu, tak menjadi masalah berarti bagi Sami Hyypia dan kolega. Toh, mereka sukses mencukur wakil Finlandia, Haka, dengan agregat 9-1.
Laju kencang Liverpool berlanjut di fase grup. Mengumpulkan 12 poin dari tiga kemenangan dan tiga kali seri, mereka menjadi pemuncak klasemen --mengungguli Boavista, Borussia Dortmund, dan Dynamo Kyiv. Sedangkan Roma yang tergabung bersama Real Madrid harus puas finis sebagai runner-up Grup A. Saat itu, format babak kedua Liga Champions tak langsung menuju fase gugur, akan tetapi kembali dikumpulkan dalam bentuk grup.
Nah, di sinilah Liverpool kembali bereuni dengan Roma. Menjadi lebih sulit karena mereka juga berkumpul bersama Barcelona dalam Grup B babak kedua. Liverpool sendiri dalam keadaan 'kuarang sehat' saat melawat ke Olimpico pada matchday kedua. Dua minggu sebelumnya, mereka dipermalukan 1-3 oleh Blaugrana. Di satu sisi, Roma berhasil membawa pulang satu angka usai menyambangi markas Galatasaray.
Capello yang tak mau mengulangi kegagalannya di Liga Europa musim sebelumnya, kali ini memasang Batistuta sejak menit pertama, dibantu Francesco Totti sebagai kreator serangan. Sedangkan Philip Brian Thompson yang menggantikan Gerard Houllier sejak pertengahan Oktober, masih bertumpu pada Owen sebagai juru gedor.
Roma cenderung dominan dalam membahayakan gawang lawan. Namun, peluang-peluang Batistuta dan Totti belum berbuah angka, termasuk tendangan jarak jauh Francisco Lima yang masih bisa diredam Jerzy Dudek. Sementara itu, satu-satunya peluang emas Liverpool tercipta dari Emile Heskey. Sayang, tembakan penyerang yang digaet dari Leicester City itu masih melenceng dari sasaran. Tak ada gol yang tercipta, Roma harus puas dengan hasil seri.
Bukannya apa-apa, nasib mereka bakal berbeda andai sukses menggamit poin penuh saat itu. Pasalnya, laju Roma akhirnya terhenti di babak kedua karena cuma nangkring di peringkat ketiga, kalah agregat gol dari Liverpool yang berhak lolos ke fase gugur, menemani Barcelona sebagai juara grup.
0 Response to "Liverpool yang Minus Catatan Kotor di Kandang Gladiator"
Posting Komentar